And so, today is the last day of my 8 days journey. This will be my last post telling you guys my experiences in refining my sense of humanity.
Semoga semua yang udah gue post bisa jadi pembelajaran baik buat gue, buat lo yang baca, ataupun buat orang lain yang ada di setiap cerita gue ini.
So, please sit back, relax, and enjoy my last story.
Setelah gue ngepost blog gue yang sebelum ini, naiklah penumpang-penumpang dari stasiun di kota Kebumen. Kursi sebelah gue yang tadinya kosong, akhirnya diisi oleh seorang ibu asal Jakarta.
Berawal dari basa basi, "pulang ke Jakarta bu?", akhirnya cerita berlanjut semakin intense sampai akhirnya kami membahas tentang sistem pendidikan di Indonesia.
Ternyata si ibu ini lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru - bukan Sales Promotion Girl).
Beliau bercerita tentang kegiatan sehari-harinya di Jakarta sana yang dengan sukarela mengajar anak-anak balita di sekitar rumahnya untuk persiapan sebelum masuk ke Sekolah Dasar (SD). Beliau juga sempat curhat sana sini tentang sistem pendidikan sekarang yang menurutnya agak ngaco. Semakin mudah orang membangun sekolah dengan tenaga pengajar yang tidak kompeten dan menarik biaya yang besar tanpa hasil yang benar.
Gue timpalin pendapat dia dengan persetujuan. "Itu kenapa kita butuh banyak orang yang seperti ibu. Mau memberikan kontribusi, mau berkorban, demi mendidik anak-anak Indonesia yang kurang mampu dan mempersiapkan mereka untuk masa depan mereka.
Gue sempet juga ngiklan ke beliau dan beberapa orang yang duduk di sekitar kita tentang program Scholar4ID yang sudah ada sejak 2011. Mereka semua tertarik dan mendukung program ini. Walaupun hanya dalam doa.
Percakapan gue sama si ibu itu cukup panjang. 2 jam lebih. Sampai akhirnya salah satu dari antara kami capek, dan akhirnya tidur.
Kereta Gajah Wong yang gue naikin dari jam 6 sore itu pun akhirnya tiba di Stasiun Senen jam 3.30 subuh. Gue langsung ke Bandara Soekarno Hatta.
Naik ojek pagi-pagi, lari di atas 80, kena angin subuh. Setengah jam kemudian gue sampe di Soetta dengan badan meriang.
Lanjut ke AW. Makan nasi + ayam. Check in.
Gue check in satu jam. Berkali-kali antrian gue dipotong orang yang ga tau diri.
Entah mereka emang ga bisa baca, ga ngerti aturan naik pesawat, atau entah apapun itu alesannya, yang jelas antrian gue selalu dipotong orang dengan motif yang sama: sudah dipanggil boarding.
Gue perhatiin, ternyata emang budayanya di Lion Air Soekarno Hatta seperti itu. Mereka bakal nungguin semua penumpangnya yang telat. Mereka bener-bener memperlakukan penumpangnya sebagai raja. Walaupun raja salah, raja tetap benar.
Gue ga perlu cerita detailnya gimana kacaunya mental para penumpang yang terlambat check in, gue juga ga perlu cerita gimana lembeknya para petugas Lion Air di Soekarno Hatta.
Gue ga mau jadi emosi lagi.
Gue sampe di Batam jam 8 pagi. Langsung cari hotel murah. Dapet hotel Hai-Hai di daerah Nagoya dengan rate 180rb per malam.
Gue mencium bau-bau aneh di hotel ini. But who cares, yang penting gue bisa bobo malem ini.
Check in di hotel. Langsung bobo siang. Bangun jam 2.30. Langsung makan siang.
Lanjut cari bunga.
Perjuangan gue cari bunga di Nagoya sini bener-bener bikin stress. Ternyata cari bunga hidup di Nagoya jauh lebih susah daripada cari "bunga" hidup. Gue muter-muterin Nagoya lebih dari 1 jam, masuk ke lebih dari 10 toko perangkai bunga, dan tidak ada satupun dari toko perangkai bunga itu yang ngejual bunga hidup. Sampe akhirnya cuma ketemu 1 toko bunga segar yang ternyata cuma 5 menit dari hotel tempat gue tidur.
Selesai cari bunga, gue istirahat lagi di kamar.
Malem jam 7, keluar cari makan malam.
Selesai makan, nongkrong di depan hotel ditemani gorengan pinggir jalan dan seorang tukang ojek yang lagi mangkal.
Percakapan tak terhindarkan. Topik berpindah-pindah dari masalah harga-harga barang di Batam, sejarah kota Batam & Tanjung Pinang, porstitusi, korupsi, sampai akhirnya ke pemerintahan dan otorita daerah.
Bapak yang berasal dari Sumatera Barat itu pun bercerita tentang alasan kenapa dia memutuskan untuk ke batam dan bukan kota lain.
Sempat juga dia bercerita tentang salah satu anggota dewan yang menginap di hotel Hai-Hai untuk menghemat uang saku yang dia terima dari lembaganya.
Malam sudah larut. Jam 10, gue harus istirahat.
Dan inilah yang gue lakuin di kamar. Nulis blog terakhir tentang perjalanan gue dan mencoba meyakinkan lo yang ngebaca buat bergerak keluar dari zona nyaman lo.
Cobalah untuk pergi berpetualang! Tinggalkan rutinitas untuk sementara, dan jumpai manusia lain di luar sana.
Belajar dari mereka, dan berbagi dengan mereka.
Karena hidup terlalu pendek untuk kita habiskan di ruangan berukuran empat kali empat.
Thanks.