Tuesday 17 February 2015

Terakhir. Terima kasih. Sampai jumpa.


Selasa, 17 Februari 2015, 3.00 am.

Gue belum bisa tidur.

Masih terngiang-ngiang scene demi scene yang terjadi di IAF tanggal 14 & 15 Februari yang lalu.

Iya. Gue kena Syndrome IAF-holic episode 2.

...

Juli 2005, gue menginjakkan kaki di Singapura untuk yang pertama kalinya. Seorang bocah 17 tahun, berjuang di negeri orang, jauh dari orang tua.
Agustus 2005, gue diajak untuk join IAF2005, IAF pertama gue.
September 2005, di panggung IAF2005, pertama kalinya gue sadar bahwa ternyata gue cinta kesenian dan kebudayaan Indonesia jauh melebihi cinta gue ke kuliah dan GPA.

...

September 2007, untuk kedua kalinya gue berada di panggung IAF.
IAF yang menguras tenaga, pikiran, dan duit gue sebagai mahasiswa.
IAF yang bikin gue lebih banyak hidup di KBRI daripada di kamar hostel.
IAF yang bikin gue jadi jauh lebih cinta dunia acting.
Cerita galau Syndrome IAF-holic episode 1 ini sudah pernah gue tulis sebelumnya.

...

Maret 2010, untuk ketiga kalinya gue berada di panggung IAF. Walau hanya muncul 2 menit.

...

Februari 2014, gue casting untuk ikutan di IAF 2015.
April 2014, gue dikirimin email bilang kalo gue diterima sebagai Main Cast (Buana) di IAF 2015. GUE GA KENAL BUANA.
Februari 2015, gue tampil di panggung dunia. Gue Buana.
Cerita di antaranya biar menjadi rahasia para wayang.

...

Buana.

Buat gue, dia bukan sekedar karakter fiktif yang harus ada di IAF 2015.
Buat gue, dia adalah karakter yang hidup yang memiliki nafas dan cita-cita.
Buat gue, dia adalah sebuah ide yang bergerak dan terus mencari kebebasannya.
Buat gue, dia ada.

9 bulan gue proses pengenalan gue akan seorang Buana bukan membuat gue mengerti siapa itu Buana. Tapi justru membuat gue lebih mengerti siapa itu seorang Coby.
Membuat gue sadar bahwa Buana ada dalam diri Coby. Bahwa Buana adalah Coby.

Cinta, api kecil yang ternyata sudah menyala sejak 2005 itu menyeruak keluar dari celah-celah peti wayang.
Dan cita, lentera kecil yang ternyata sudah terbakar sejak 2005 itu kembali digantungkan di balik layar untuk menghadirkan cerita hidup para wayang.

...

IAF2015.

Spesial, karena ini jadi penutup chapter kehidupan gue selama 10 tahun di Singapura.
Berarti, karena sudah memperkenalkan gue dengan Buana yang akhirnya hidup bersama gue untuk menjalani chapter baru di Indonesia.
Berwarna, karena disini gue kenal banyak sekali temen-temen baru dengan talenta-talenta yang luar biasa..
Berkesan, karena waktu yang sudah gue habiskan dengan para wayang adalah waktu-waktu berkualitas yang ga akan disesali dan ga akan kembali lagi.

...

Terima kasih untuk kepercayaannya, para directors IAF2015, gue boleh menjadi Buana.
Terima kasih untuk dedikasi para crews yang sudah berkorban waktu, uang, dan tenaga.
Terima kasih untuk setiap waktu latihan yang sudah tercurah, para dancers.
Terima kasih untuk setiap joke, cacian, makian, becandaan, tawa, keringat, dan setiap detik kebersamaan yang sudah kita lewati bersama, para pemeran drama.

Ijinkan gue dengan ini mengucapkan salam perpisahan yang untuk sementara, sampai kita bertemu lagi di kesempatan berikutnya.

...

Sang bekicot sudah tak lagi muda. Dia sudah dewasa. Dia kini Buana.