Tuesday 26 August 2014

rindu

saat jarak antara kita menjauh, aku harus memilih satu
antara pergi dan melempar sauh, atau kembali ke pelukanMu

Friday 13 June 2014

Pilih siapa?



Banyak yang bertanya kenapa saya lebih memilih Prabowo ketimbang Jokowi dalam pemilu kali ini. Tapi lebih banyak lagi yang bertanya tim mana yang saya support dalam Piala Dunia kali ini.

Dan kali ini, ijinkan saya menjawab pertanyaan yang pertama terlebih dahulu. ;)

Sebelum anda membaca, mohon dimengerti bahwa saya percaya Prabowo dan Jokowi adalah 2 orang calon terbaik untuk menduduki kursi pemerintahan tertinggi di negara kita. Prabowo dan Jokowi adalah 2 calon terbaik untuk menjadi presiden kita di periode 2014-2019. Saya pendukung keduanya.

Namun, dari kedua orang baik tersebut, saya tetap harus memilih salah satu. Saya harus memilih orang yang menurut saya lebih pantas dan lebih cocok untuk menjadi presiden saya selama 5 tahun ke depan. Karena memilih adalah hak saya, maka adalah hak anda untuk setuju atau tidak setuju dengan pilihan saya.

Ada 2 alasan utama yang membuat saya lebih memilih Prabowo ketimbang Jokowi.


1. Prabowo lebih siap.

Banyak teman-teman yang bilang, "wajar aja dia lebih siap! wong sudah dari 10 tahun yang lalu persiapannya!", dan saya berpikir, "bukankah itu hal yang baik?"

Dalam 10 tahun terakhir ini, jika memang benar Prabowo mempersiapkan semuanya untuk menjadi presiden seperti yang dikatakan oleh teman-teman sekalian, maka saya yakin dia juga sudah mempelajari dengan baik hal-hal apa saja yang menjadi tantangan dan permasalahan utama di Indonesia. Dengan latar belakang beliau yang pernah menjadi kepala kesatuan paling elit di angkatan bersenjata negara kita, maka saya yakin beliau juga sudah terdidik untuk berpikir strategis mengenai rencana-rencana beliau atas Indonesia ke depannya. Dan 10 tahun bukan waktu yang sebentar untuk mempelajari Indonesia.

Di pihak lain, Jokowi cenderung lebih banyak bekerja untuk rakyat selama 10 tahun terakhir ini. Mohon dicatat, saya melihat kinerja beliau memang cukup terbukti di Solo. Beliau memang berhasil dalam hal mengatur dan mendisiplinkan para pejabat daerah dalam hal administrasi pemerintahan. Dan saya angkat 2 jempol untuk hal tersebut.

Tapi, menurut saya, masih terlalu dini untuk Jokowi menjadi pemimpin tertinggi di negara ini. Untuk saya, beliau masih harus membuktikan kapasitas beliau di Jakarta dengan komposisi masyarakat yang lebih kompleks dibandingkan Solo. Barulah setelah saya diyakinkan dengan kesuksesan beliau di Jakarta, saya bisa percaya bahwa Jokowi siap untuk memimpin Indonesia yang jauh-jauh-jauh-jauh-jauh lebih kompleks dari Jakarta.


2. Koalisi.

Banyak yang berpikir bahwa koalisi tenda besar Prabowo akan menyebabkan semakin banyaknya korupsi di tubuh pemerintahan nantinya. Banyak juga yang berpikir dengan adanya dukungan dari FPI dan ormas-ormas lainnya, Prabowo akan menjadi monster yang paling menyeramkan dan bahkan lebih menyeramkan dari pemimpin-pemimpin terdahulu.

Tapi cara berpikir saya mungkin sedikit berbeda.
Koalisi partai itu adalah bentuk usaha Prabowo merangkul segala macam lapisan masyarakat yang terbagi-bagi dalam berbagai macam partai. Saya berpikir memang tidak mungkin ada koalisi yang benar-benar bersih tanpa meminta transaksi, dan itu adalah hal yang baik. Karena kepentingan masyarakat Indonesia yang beragam ini sudah tertuang dalam tubuh partai. Kenapa ada banyak partai kalo emang semua orang punya keinginan yang sama?

Dan satu hal yang justru lebih menyeramkan buat saya adalah koalisi ramping di kubu Jokowi. Menyeramkan karena saya tidak bisa membayangkan jika nanti akhirnya kekuasaan pemerintahan Indonesia diisi oleh orang-orang yang berasal dari satu partai (PDIP), dan melihat dari rekam jejak masa lalu, saya tidak bisa percaya dengan PDIP. Menurut saya, peluang korupsi akan jauh lebih besar dalam kondisi ini. Bahkan sekalipun Jokowi bilang akan bertindak professional, saya yakin PDIP pasti akan tetap bersuara. Sekali lagi, ini menurut saya, bisa benar bisa salah.


Selain 2 alasan utama itu, tentunya saya punya alasan-alasan lain yang lebih enak diobrolin sambil makan pisang goreng di warung kopi sebelah.

Sekian. Terima kasih.

#SelamatkanIndonesia

Monday 12 May 2014

Aku? Kamu? Dia? Mereka? Siapakah kita?


setitik embun pagi di atas rumput
tidak, semalam hujan tidaklah turun

seberkas cahaya di gelap malam
bukan, bukan ayahmu yang sudah pulang

apa yang di hadapan
apa yang kelihatan
apa yang ada
mungkin bukan kebenaran

bersuara katak dengan lantangnya
dia sedang berkata-kata
apa maksud dan isinya
hanya dia yang mengerti benar

berlarian anjing di taman
mereka tidak sedang berkejaran
ah, tapi aku juga tidak paham
mereka bahkan tidak berteman

sebatas kata yang bisa kudengar
sebatas warna yang bisa kulihat
sebatas rasa yang bisa kukecap
sebatas rupa yang bisa kuraba

apa itu kebenaran?
dan siapa itu Tuhan?
kamu berkata mengenal Dia
aku juga

apa itu cinta?
apakah dia nyata?
kamu bilang bisa merasa
dan aku bertanya-tanya

panaskah ia?
dinginkah ia?
maniskah ia?
pahitkah ia?

bahagianya engkau wahai burung di udara
karena kau tidak perlu berusaha
kau tak mengerti semua pertanyaan
makan dan terbang cukup kau lakukan

sedikit sajak yang tidak bermakna
sepenggal cerita yang tak selesai
hanya tulisan racau pikiran
sebuah ungkapan kegelisahan

Tuesday 7 January 2014

postingan pendek. ngalah.

barusan ada temen gue curhat karena lagi ada masalah ama pacarnya.. dan untuk alasan keamanan dan kenyamanan bersama, gue udah minta ijin buat nulis percakapan gue ama dia tadi ke blog ini dengan sedikit penyamaran..
Temen (T): "bete gue! dia ga pernah ngedengerin kalo gue ngomong.."
Gue (G): "ya mo gimana lagi.. pada ga ada yang mau ngalah sih.."
T: "gue udah sering ya ngalah! dia tuh yang ga pernah ngalah.."
G: "yaudah, ngalah lagi aja.. susah amat.."
T: "ampe kapan gue ngalah mulu?"
G: "ampe baekan.. ntar kalo berantem lagi, ya ngalah lagi.."

ga jauh dari sini, beberapa minggu lalu, gue balik kampung dan adek sepupu gue yang dari papua yang masih kelas 2 SD berantem sama kakaknya yang udah SMA..
Sepupu Kecil (K): "dia tuh yang salah! disuruh nyetrika nggak mau!"
Sepupu Besar (B): "apaan?! emang gue siapanya?!"
Gue (G): "ya udah.. kakak ngalah lah.. setrikain aja itu baju adeknya.."
K: "tuh! denger tuh!"
B: "ogah! dia cowo! kenapa gue yang ngalah?!"
G: "kan lo lebih gede.. masa yang kecil yang ngalah?"

ada orang bijak yang pernah bilang, "mengalahlah untuk menang!"
ada juga yang kurang bijak mengatakan, "mengalah dulu, ntar tusuk dari belakang!"
dua-duanya sama-sama mengalah.. dua-duanya diakhiri dengan bunyi '-ang'.. tapi mereka berbeda..

waktu kecil gue sering berantem ama adek gue, dan setiap kali udah pukul2an, bokap gue langsung nabok gue duluan..
gue protes! karena bukan selalu gue yang salah.. lebih sering adek gue yang salah duluan..
tapi kenapa gue yang ditabok duluan?
bokap gue cuma bilang, "karena kamu abangnya.."

gue ga ngerti alesan itu sampe akhirnya gue bertumbuh jadi sedikit lebih dewasa..
setelah SMA barulah gue ngerti bahwa yang namanya abang itu dituntut untuk menjadi lebih dewasa daripada adiknya..
dan yang namanya orang dewasa seharusnya lebih bijak dalam menghadapi perselisihan..

salah satu quote orang bijak yang paling gue suka adalah "kamu mengalah bukan karena kamu salah.. kamu mengalah karena kamu lebih memilih untuk mempertahankan sebuah hubungan baik daripada sekedar pembenaran.."
kalo lo belum pernah atau ga bisa nemu quote itu dimana2, anggep aja quote itu barusan gue karang.. =P

tetangga gue di kampung pernah ribut sama tetangga yang lain.. dan ada tetangga satu lagi yang berusaha mendamaikan mereka.. sedangkan tetangga-tetangga yang lainnya sibuk main dengan rumah tangga dan ular tangganya masing-masing..
nah, salah satu kalimat tetangga gue yang mendamaikan tetangga-tetangga gue yang ga main ular tangga dan berantem bukan karena tangga itu pernah bilang, "yang waras ngalah!"
dan sampe sekarang gue mikir bahwa tetangga gue ternyata semuanya gila.. karena waktu itu ga ada yang mau ngalah..

so, buat kita semua, marilah kita berlomba-lomba untuk mengalah.. karena mengalah itu bukan hanya menandakan tingkat kedewasaan kita, tapi juga menunjukkan bahwa kita masih waras..
jangan senang dulu kalo ada orang yang mau mengalah untuk kita, karena itu berarti kita sudah dianggap seperti orang gila oleh dia yang sudah mengalah..

seperti kata SEVENTEEN, "mengapa selalu aku yang mengalah?" *loh!*

=)