Hello, December! You're here finally.
Ga kerasa, kita udah sampe di penghujung tahun 2013. Ga kerasa juga, sudah lewat setahun dari natal 2012.
Jalanan di Singapore sudah penuh dengan dekorasi-dekorasi ceria yang bikin orang senyum bahagia.
Suasana kasih dan sukacita dimana-mana.
Di kantor gue, sudah jadi budaya kalo tiap Desember kita ada tuker-tukeran kado. Kalo kata bos gue, alesannya karena Desember itu bulan untuk saling berbagi, saling memberi.
Dan gue rasa, bagi kebanyakan orang, Desember memang bulan dimana kita tiba-tiba menjadi lebih gampang untuk memberi. Entah itu karena baru dapet bonus akhir tahun atau emang karena esensi natal yang selama ini sering dikhotbahkan.
Well, dari kecil gue udah terlalu sering ngedenger tentang natal sebagai bukti bahwa Tuhan mengasihi kita. Bahkan ayatnya pun gue hafal. Yohanes 3:16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Dan ayat itu terus diulang-ulang di hampir setiap acara natal.
Nggak ada yang salah dengan ayat itu. Nggak ada yang salah juga dengan konsep bahwa natal adalah bukti bahwa Allah mengasihi kita dan dunia ini.
Tapi kayanya masih ada yang kurang.
Beberapa hari yang lalu, pas doa bareng di kantor gereja, gue diingetin tentang satu hal yang mungkin sering terlupakan di khotbah-khotbah natal yang kita dengar.
Gue diingetin lagi tentang komitmen Tuhan.
Kelahiran Yesus ternyata bukan cuma sekedar kado, atau pemberian sebagai bukti bahwa Allah sayang sama kita sebagai ciptaanNya. Kelahiran Yesus juga bukan cuma sekedar cara Allah untuk menebus dosa manusia. Tapi lebih dari itu semua.
Kelahiran Yesus adalah langkah komitmen Allah sebagai pencipta yang bertanggung jawab dan mau membuktikan betapa besar Dia dan kasihNya bagi kita.
Kalo cuma sebagai kado, atau pemberian untuk nunjukin rasa sayang, Dia ga perlu capek-capek buat turun ke bumi dan jadi manusia. Cukup Dia turunkan berkat, buka tingkap-tingkap langit, dan manusia penuh dengan berkat.
Kalo cuma untuk menebus dosa, menurut gue, Allah ga kekurangan ide dan cara buat bisa nebus dosa kita. Bisa aja Dia basmi itu semua iblis dan antek-anteknya. Bisa aja dia langsung bilang, "Sudah! Manusia ga bakal berdosa. Semua orang bakal masuk surga." Bisa aja. Bisa juga dengan cara lain yang kita sendiri ga bakal pernah bisa ngerti.
But yet, Dia ga ngelakuin itu.
Instead, Dia milih untuk turun ke dunia, lahir sebagai manusia dan menjalani kehidupanNya sebagai manusia sampe akhirnya Dia harus mati di atas kayu salib.
Jangan lupa juga, selama dia hidup, dia harus tinggal sama orang tua yang cuma bekerja sebagai tukang kayu, harus dicaci maki, harus diludahi, bahkan disiksa abis-abisan sebelum disalibkan.
Bahkan, kalo bisa dihitung, kayanya ga bakal keitung juga pengorbanan yang sudah Dia relain sejak Dia lahir di kandang, sampe akhirnya mati dengan cara yang ga manusiawi.
Buat gue, dibutuhkan komitmen dan tanggung jawab yang besar buat seseorang sampe mau berkorban sebegitunya cuma buat orang yang dikasihinya.
Di mata gue, peristiwa natal bukan lagi sekedar mengingatkan gue buat bersyukur atas berkat Tuhan. Bukan juga sekedar pengingat gue untuk memberikan kado buat orang-orang yang gue kasihi.
Lebih dari itu, natal jadi waktu dimana gue mempertanyakan lagi komitmen gue dalam segala macam hal, termasuk pekerjaan, pelayanan, bahkan komitmen sebagai orang yang mengasihi orang lain.
Natal menjadi saat dimana gue bertanya kepada diri gue sendiri, "How far can you go?"
So guys, di bulan Desember ini, mumpung masih ada beberapa minggu lagi menjelang hari natal, ada baiknya kita sama-sama memperbaharui komitmen kita. Terutama komitmen kita untuk lebih serius dan sungguh-sungguh lagi dalam mengikut Dia.
Dan lewat tulisan ini, gue mau ngajak kita sama-sama buat introspeksi diri dan bertanya lagi kepada diri kita sendiri, "How far can you go?"
Be blessed. =)
No comments:
Post a Comment