Friday 13 September 2013

Tuhannya yang mana?

As I was on my way back home, gue berdoa sendiri di perjalanan. Gue sampein semua unek-unek, keinginan, dan keraguan yang ada di pikiran dan hati gue. Dan selagi gue doa dan nyebut "Tuhan", gue diingetin lagi sama satu pertanyaan yang sebenernya sudah sering muncul di pikiran gue akhir-akhir ini.

"Tuhan? Siapa yang Tuhan?"

Pertanyaan itu seolah-olah negur gue karena ternyata selama ini Dia yang gue anggep Tuhan, sudah sering banget gue perlakuin ga selayaknya. Bahkan mungkin gue lebih sering nganggep Dia sebagai pembantu gue daripada sebagai Tuhan.

So, kali ini, gue mau ngajak kita sama-sama, karena mungkin bukan cuma gue aja yang perlu bertobat, untuk ngecek lagi ke dalem hati kita. Apakah Dia yang kita sebut dan panggil Tuhan bener-bener udah jadi Tuhan dalam hidup kita?
Atau malah kaya yang gue bilang di depan, Dia lebih sering kita jadiin pembantu yang ngeberesin semua keberantakan kita?

"Kapan terakhir kali lo kasih Tuhan waktu yang terbaik?"
"Kapan terakhir kali lo ngobrol sama Dia tanpa mikirin kerjaan dan keperluan lo yang lain?"
"Kapan terakhir kali lo minta petunjuk dari Dia? Untuk pekerjaan, untuk jodoh, untuk masa depan, untuk semuanya?"

Itu pertanyaan yang tadi muncul di otak gue. Dan kayanya, gue sendiri ga bisa ngejawab itu semua dengan baik.
Gue malah terlalu sering ngasih waktu-waktu sisa gue, gue juga masih mikirin hal-hal lain waktu gue ngobrol sama Dia, dan bahkan gue hampir selalu bikin keputusan seenak jidat gue sendiri.
Well, mungkin emang Dia belum jadi Tuhan sepenuhnya dalam hidup gue.

Humm..

Parahnya, dengan status dan keberadaan gue yang ternyata belum naroh Dia sebagai Tuhan sepenuhnya, gue malah lebih sering nyalahin dia setiap kali ada masalah dalam hidup gue. Gue malah lebih sering minta Dia tanggung jawab atas hal-hal yang ga enak yang gue alamin.
Mungkin Dia bahkan lebih rendah dari pembantu.

Huff..

Beberapa hari yang lalu, gue ngobrol-ngobrol sama temen gue. Dia seorang missionary dari Belanda. Dia suka banget maen bola, dan setiap kali gue ketemu dia, pasti kita sempetin ngobrol tentang bola.

But then, waktu gue ketemu dia terakhir kali itu, dia bilang kalo dia baru mulai main bola lagi. Gue kirain karena dia cidera. Ternyata nggak.
Dia bilang, tahun kemaren dia mutusin buat ga main bola sama sekali. Selama setahun.
Gue tanya alesannya, dia jawab dengan ringan, "because I felt that football has become my god."

It sounds silly. Gue awalnya ga nangkep apa maksudnya. Gue tanya lagi, gue minta dia ngejelasin apa maksud kalimatnya.
Dia bilang kalo tanpa sadar, sepakbola sudah ambil tempat paling pertama di hati dia. Kalo dia disuruh bangun pagi untuk main bola, tanpa pikir panjang, dia langsung lompat dari tempat tidurnya dan lari ke lapangan. Tapi waktu dia disuruh bangun pagi untuk berdoa, dia ga pernah ngelakuin hal yang sama.
Dan ceritanya itu nabok gue saat itu juga.

Gue mulai reflect lagi ke kehidupan gue sendiri. Dan ternyata, gue nemuin banyak hal yang sudah menjadi tuhan-tuhan kecil dalam hidup gue.
Uang, hobby, pekerjaan, pelayanan, bahkan mimpi-mimpi gue ternyata kadang malah mengambil tempat yang lebih utama daripada Tuhan sendiri.

Saat gue kerja, kadang gue berani nego sama Tuhan untuk ngelanggar beberapa perintahNya cuma supaya kerjaan gue kelar dan berhasil menurut itungan gue.
Saat gue main bola dan ngelakuin hobby yang lain, kadang gue malah sampe ambil waktu terbaik gue dan bukan ngasih itu buat Tuhan.
Saat gue pelayanan bahkan, pelayanan itu sendiri cenderung mengalihkan pikiran dan hati gue dari apa yang seharusnya jadi pusat pelayanan itu. Gue sibuk sama kegiatannya, sampe gue lupa sama Dia yang gue layani.
Dan yang paling parah adalah mimpi-mimpi gue.

Waktu gue tau bahwa Tuhan mendukung mimpi-mimpi gue, waktu gue tau bahwa banyak pintu yang sudah terbuka di depan sana untuk gue bisa ngejer mimpi-mimpi gue, dan waktu gue pikir bahwa mimpi-mimpi gue itu adalah mimpi yang baik dan harus gue kejer, saat itulah gue malah jadi fokus sama mimpi-mimpi gue itu.
Gue bahkan suka lupa minta ijin dan nanya ke Dia yang sudah ngasih mimpi-mimpi itu. Gue bahkan suka lupa kalo cuma Dia juga yang bakal memampukan gue buat ngejer semua mimpi-mimpi gue itu.

Satu ayat yang selama ini sebenernya sudah jadi pegangan hidup gue tanpa gue bener-bener tau makna dan kebenarannya:
Matius 6:33  Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Selama ini, yang gue anggep "semuanya itu" adalah cuma sebates makanan, minuman, pakaian, dan hal-hal lain yang keliatan. Tapi beberapa hari yang lalu, Tuhan bukain pengertian gue lebih lagi atas ayat ini.
Dia seolah-olah bilang, "bukan cuma makanan, minuman, pakaian dan hal-hal yang keliatan, Cob, tapi juga sukacita, damai sejahtera, keamanan, kenyamanan, kebahagiaan, bahkan semua mimpi-mimpi, keinginan dan cita-citamu, itu semua akan Aku tambahkan."

Mungkin gue selama ini terlalu menganggap rendah Tuhan, sehingga gue pikir Dia cuma bisa penuhin kebutuhan pokok gue. Tapi ternyata gue salah.
Dia juga bakal kasih semua, semua, dan semua yang gue butuhkan dan inginkan. Asal gue terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya dalam kehidupan gue.

So, kali ini, bukan kebetulan kalo lo ngebaca tulisan ini. Kalo emang ternyata lo mirip-mirip kaya gue, masih ada tuhan-tuhan kecil yang tempatnya sudah sedikit atau jauh lebih penting daripada Dia, Tuhan yang sebenarnya, sudah saatnya kita buat minta maaf, bertobat, dan kembali kasih Dia tempat pertama dan utama.

Gue juga masih perlu belajar. Kita semua masih perlu belajar.
Gue juga bisa jadi orang yang lebih baik. Kita semua masih bisa.

=)

No comments: