Monday, 16 September 2013

$100

Let's play a game of imagination.

Imagine that you are a homeless guy. You have nothing but yourself. Just a pair of clothes, smelly and dirty. Sitting by the traffic light.

One day, some dude gives you $100 for nothing. Just nothing.
You are so damn confused, yet excited. You don't know what to do with that money. You don't even remember that you haven't got anything to eat since yesterday.
You're just overwhelmed.

After 5 minutes, you realize that this is real. That $100 is now yours and you can do whatever you want with that money.
Immediately, you buy enough food for today worth $5 and keep the rest of the money.
You don't even buy a new clothes because you know that food is more important than clothes and that you will never get that big amount of money again.

The next day, same dude comes to you and hands you another $100. Now you have $195 in your pocket and a very big question mark in your head. What is happening here?
You're still shocked.
And you do the exact same thing you did yesterday. You buy $5 food for today and keep the rest of the money.

The third day, the dude gives you another $100. This time, you might think that the dude is crazy. However, you still get the money and thank him for his craziness.
Once you see him off the street, you immediately go to the nearest department store and buy a new pair of clothes. You think, $30 worth of clothes are not gonna hurt you. You still have $260 in your pocket.
After that, you buy $10 meal for today. Eating some expensive food is not gonna hurt you as well.

Following day, with $250 in hand, you still hope that the same crazy dude will come and see you on your usual spot. And he does.
He hands you another $100 today. And in your mind, you already have something to buy.

This is happening everyday, the same time every morning, until one day you are sitting inside your new house with $100 in your pocket, while you're thinking that you're still gonna get another $100 tomorrow. Then the dude stops his craziness.

He disappears. He's nowhere to be found.

The first day he's gone, you don't even realize it. For you, what you have now is more than enough. You still buy $20 food and think that the dude might give you $200 tomorrow to cover today's $100.

The second day, still the same. He doesn't come to that same spot and give you what you want. You start questioning. You start thinking and planning, what if this guy will never come again?

The third day, you have $60 now in your pocket, while sitting in your living room. You're getting worried.

The fourth day.
You are getting angry now. You start complaining. You stop eating. You're afraid. You don't want to be poor again. You don't want to be homeless again.

The tenth days, you have just ate your last $5 food yesterday. Now, with no money in your pocket, you think a $2 food is enough to save you for today.

.....

This is your story.

A $100 surprised you when you first got it for free.
As time goes by, that $100 has become your daily life. It has become a part of you. It has become your right, even though it's actually not.

You didn't think you deserve it when a crazy dude gave it for the first time.
You treasured it as your source of hope.
But, as time goes by, it has become something you take for granted. It has become a normal $100. It's not as excited as it was.

Until the day you realize again that you need it.
Until the day you realize again that you don't deserve it.

.....

$100 will always be $100.
But the value changes according to our condition.

Blessings will always be blessings.
But the value changes according to our condition.

Friendship will always be friendship.
But the value changes according to our condition.

.....

Be grateful of what you are given.

:)

Friday, 13 September 2013

Tuhannya yang mana?

As I was on my way back home, gue berdoa sendiri di perjalanan. Gue sampein semua unek-unek, keinginan, dan keraguan yang ada di pikiran dan hati gue. Dan selagi gue doa dan nyebut "Tuhan", gue diingetin lagi sama satu pertanyaan yang sebenernya sudah sering muncul di pikiran gue akhir-akhir ini.

"Tuhan? Siapa yang Tuhan?"

Pertanyaan itu seolah-olah negur gue karena ternyata selama ini Dia yang gue anggep Tuhan, sudah sering banget gue perlakuin ga selayaknya. Bahkan mungkin gue lebih sering nganggep Dia sebagai pembantu gue daripada sebagai Tuhan.

So, kali ini, gue mau ngajak kita sama-sama, karena mungkin bukan cuma gue aja yang perlu bertobat, untuk ngecek lagi ke dalem hati kita. Apakah Dia yang kita sebut dan panggil Tuhan bener-bener udah jadi Tuhan dalam hidup kita?
Atau malah kaya yang gue bilang di depan, Dia lebih sering kita jadiin pembantu yang ngeberesin semua keberantakan kita?

"Kapan terakhir kali lo kasih Tuhan waktu yang terbaik?"
"Kapan terakhir kali lo ngobrol sama Dia tanpa mikirin kerjaan dan keperluan lo yang lain?"
"Kapan terakhir kali lo minta petunjuk dari Dia? Untuk pekerjaan, untuk jodoh, untuk masa depan, untuk semuanya?"

Itu pertanyaan yang tadi muncul di otak gue. Dan kayanya, gue sendiri ga bisa ngejawab itu semua dengan baik.
Gue malah terlalu sering ngasih waktu-waktu sisa gue, gue juga masih mikirin hal-hal lain waktu gue ngobrol sama Dia, dan bahkan gue hampir selalu bikin keputusan seenak jidat gue sendiri.
Well, mungkin emang Dia belum jadi Tuhan sepenuhnya dalam hidup gue.

Humm..

Parahnya, dengan status dan keberadaan gue yang ternyata belum naroh Dia sebagai Tuhan sepenuhnya, gue malah lebih sering nyalahin dia setiap kali ada masalah dalam hidup gue. Gue malah lebih sering minta Dia tanggung jawab atas hal-hal yang ga enak yang gue alamin.
Mungkin Dia bahkan lebih rendah dari pembantu.

Huff..

Beberapa hari yang lalu, gue ngobrol-ngobrol sama temen gue. Dia seorang missionary dari Belanda. Dia suka banget maen bola, dan setiap kali gue ketemu dia, pasti kita sempetin ngobrol tentang bola.

But then, waktu gue ketemu dia terakhir kali itu, dia bilang kalo dia baru mulai main bola lagi. Gue kirain karena dia cidera. Ternyata nggak.
Dia bilang, tahun kemaren dia mutusin buat ga main bola sama sekali. Selama setahun.
Gue tanya alesannya, dia jawab dengan ringan, "because I felt that football has become my god."

It sounds silly. Gue awalnya ga nangkep apa maksudnya. Gue tanya lagi, gue minta dia ngejelasin apa maksud kalimatnya.
Dia bilang kalo tanpa sadar, sepakbola sudah ambil tempat paling pertama di hati dia. Kalo dia disuruh bangun pagi untuk main bola, tanpa pikir panjang, dia langsung lompat dari tempat tidurnya dan lari ke lapangan. Tapi waktu dia disuruh bangun pagi untuk berdoa, dia ga pernah ngelakuin hal yang sama.
Dan ceritanya itu nabok gue saat itu juga.

Gue mulai reflect lagi ke kehidupan gue sendiri. Dan ternyata, gue nemuin banyak hal yang sudah menjadi tuhan-tuhan kecil dalam hidup gue.
Uang, hobby, pekerjaan, pelayanan, bahkan mimpi-mimpi gue ternyata kadang malah mengambil tempat yang lebih utama daripada Tuhan sendiri.

Saat gue kerja, kadang gue berani nego sama Tuhan untuk ngelanggar beberapa perintahNya cuma supaya kerjaan gue kelar dan berhasil menurut itungan gue.
Saat gue main bola dan ngelakuin hobby yang lain, kadang gue malah sampe ambil waktu terbaik gue dan bukan ngasih itu buat Tuhan.
Saat gue pelayanan bahkan, pelayanan itu sendiri cenderung mengalihkan pikiran dan hati gue dari apa yang seharusnya jadi pusat pelayanan itu. Gue sibuk sama kegiatannya, sampe gue lupa sama Dia yang gue layani.
Dan yang paling parah adalah mimpi-mimpi gue.

Waktu gue tau bahwa Tuhan mendukung mimpi-mimpi gue, waktu gue tau bahwa banyak pintu yang sudah terbuka di depan sana untuk gue bisa ngejer mimpi-mimpi gue, dan waktu gue pikir bahwa mimpi-mimpi gue itu adalah mimpi yang baik dan harus gue kejer, saat itulah gue malah jadi fokus sama mimpi-mimpi gue itu.
Gue bahkan suka lupa minta ijin dan nanya ke Dia yang sudah ngasih mimpi-mimpi itu. Gue bahkan suka lupa kalo cuma Dia juga yang bakal memampukan gue buat ngejer semua mimpi-mimpi gue itu.

Satu ayat yang selama ini sebenernya sudah jadi pegangan hidup gue tanpa gue bener-bener tau makna dan kebenarannya:
Matius 6:33  Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Selama ini, yang gue anggep "semuanya itu" adalah cuma sebates makanan, minuman, pakaian, dan hal-hal lain yang keliatan. Tapi beberapa hari yang lalu, Tuhan bukain pengertian gue lebih lagi atas ayat ini.
Dia seolah-olah bilang, "bukan cuma makanan, minuman, pakaian dan hal-hal yang keliatan, Cob, tapi juga sukacita, damai sejahtera, keamanan, kenyamanan, kebahagiaan, bahkan semua mimpi-mimpi, keinginan dan cita-citamu, itu semua akan Aku tambahkan."

Mungkin gue selama ini terlalu menganggap rendah Tuhan, sehingga gue pikir Dia cuma bisa penuhin kebutuhan pokok gue. Tapi ternyata gue salah.
Dia juga bakal kasih semua, semua, dan semua yang gue butuhkan dan inginkan. Asal gue terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya dalam kehidupan gue.

So, kali ini, bukan kebetulan kalo lo ngebaca tulisan ini. Kalo emang ternyata lo mirip-mirip kaya gue, masih ada tuhan-tuhan kecil yang tempatnya sudah sedikit atau jauh lebih penting daripada Dia, Tuhan yang sebenarnya, sudah saatnya kita buat minta maaf, bertobat, dan kembali kasih Dia tempat pertama dan utama.

Gue juga masih perlu belajar. Kita semua masih perlu belajar.
Gue juga bisa jadi orang yang lebih baik. Kita semua masih bisa.

=)